Ketika di penghujung acara pelatihan pembuatan ice cream, yoghurt dan permen susu, para peserta pelatihan mendapat buah tangan berupa hasil praktek kami tadi. Untuk permen susu dan ice cream bisa langsung dicicipi ditempat sedangkan yoghurt tidak bisa langsung dicicipi seketika karena harus melalui proses pengeraman atau penghangatan dulu selama 6,5 sampai 24 jam baru dimasukkan ke dalam pendingin. Semakin lama waktu pengeramannya, rasa yoghurtnya akan semakin asam.
Seperti biasa setelah selesai pelatihan, keesokan harinya kami pasti berkumpul di base camp kami yaitu didepan Toko Darma miliknya Bu Sugiarto yang biasa dititipi produknya Kelompok Tani Elok Mekar Sari sambil membahas pelatihan yang telah dijalani. Mengupas habis mulai pengajarnya, pesertanya, suasananya, materinya, hasilnya, menu makan siangnya bahkan uang transportnya, apalagi bila ada kejadian yang lucu dan seru pasti langsung diceritakan sambil tertawa lepas. Pagi ini juga begitu, ditengah perbincangan yang menarik, tiba - tiba datang Bu Koko dan Bu Prayit sambil membawa yoghurt yang dibawa kemarin dari pelatihan, yoghurtnya sudah dierami dan didinginkan. Kalau yang disimpan Bu Koko masih asli seperti yang dibawa dari pelatihan sedangkan yang dibawa Bu Prayit sudah dicampur gula dan ditambah coklat bubuk. Perbedaan yang mencolok adalah lebih menarik yang berwarna coklat dan baunya dominan coklat sedangkan yang putih, baunya menyengat seperti air tape atau istilah jawanya ' badheg '. Juga teksturnya masih kasar seperti roti tawar yang direndam. Menurut Bapak Drh. Ilham, tetangga depan rumah, bahwa yoghurt kami gagal karena kasar seharusnya halus. Bisa dikonsumsi tapi tidak layak untuk dijual. Akhirnya yoghurt tersebut dibuat es lilin soalnya kalau diminum langsung rasanya aneh dan tidak ada yang mau mencobanya. Untuk menyiasati agar ibu - ibu mau meminumnya maka yoghurtnya dibuat menjadi es lilin.
Akhirnya Ditambah Gula Pasir dan Dijadikan Es Lilin
Yoghurt Coklat Memang Tiada Duanya
Seperti biasa setelah selesai pelatihan, keesokan harinya kami pasti berkumpul di base camp kami yaitu didepan Toko Darma miliknya Bu Sugiarto yang biasa dititipi produknya Kelompok Tani Elok Mekar Sari sambil membahas pelatihan yang telah dijalani. Mengupas habis mulai pengajarnya, pesertanya, suasananya, materinya, hasilnya, menu makan siangnya bahkan uang transportnya, apalagi bila ada kejadian yang lucu dan seru pasti langsung diceritakan sambil tertawa lepas. Pagi ini juga begitu, ditengah perbincangan yang menarik, tiba - tiba datang Bu Koko dan Bu Prayit sambil membawa yoghurt yang dibawa kemarin dari pelatihan, yoghurtnya sudah dierami dan didinginkan. Kalau yang disimpan Bu Koko masih asli seperti yang dibawa dari pelatihan sedangkan yang dibawa Bu Prayit sudah dicampur gula dan ditambah coklat bubuk. Perbedaan yang mencolok adalah lebih menarik yang berwarna coklat dan baunya dominan coklat sedangkan yang putih, baunya menyengat seperti air tape atau istilah jawanya ' badheg '. Juga teksturnya masih kasar seperti roti tawar yang direndam. Menurut Bapak Drh. Ilham, tetangga depan rumah, bahwa yoghurt kami gagal karena kasar seharusnya halus. Bisa dikonsumsi tapi tidak layak untuk dijual. Akhirnya yoghurt tersebut dibuat es lilin soalnya kalau diminum langsung rasanya aneh dan tidak ada yang mau mencobanya. Untuk menyiasati agar ibu - ibu mau meminumnya maka yoghurtnya dibuat menjadi es lilin.
Akhirnya Ditambah Gula Pasir dan Dijadikan Es Lilin
Yoghurt Coklat Memang Tiada Duanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar