Pagi ini, Hari Rabu tanggal 12 Juni 2013 secara mendadak Pak Haryoto, SP ( dulu Penyuluh Pertanian Lapangan bidang Urban Farming yang telah berjasa mengenalkan saya dengan Bu Nani Sri Hestuti, A. Pi yaitu PPL Kecamatan Sukolilo, kemudian mereka mendorong saya untuk mendirikan Kelompok Tani dan akhirnya terbentuklah Kelompok Tani Elok Mekar Sari ), datang ke rumah saya untuk memberitahukan bahwa truk yang membawa bantuan Urban Farming sudah sampai di portal depan, perumahan Semolowaru Elok. Saya langsung loncat dan mengarahkan mereka ke Balai RW 08 Kelurahan Semolowaru, untuk menurunkan semua barang bantuan dari Dinas Pertanian Kota Surabaya. Akhirnya bantuan diturunkan oleh petugas, yang meliputi : Bibit kacang panjang, bibit toga, bambu ajir, pupuk kandang, pot plastik, media tanam, benih bayam merah, benih kangkung, benih cabe, benih kedelai, polibag, pupuk cair Supermes. Setelah petugas dari rekanan Dinas Pertanian tersebut selesai dengan tugasnya, ibu-ibu mempersilakan mereka untuk sarapan nasi bungkus dan minum kopi dulu sebelum melanjutkan dropping ke tempat lain.
Melihat bantuan yang begitu banyak dan menggunung, akhirnya saya meminta bantuan ibu-ibu untuk langsung mengerjakan bantuan tersebut karena kalau pengerjaannya ditunda, saya yakin pasti akan terbengkalai semua dan akan semakin malas menyentuhnya. Untuk itulah kami bergotong-royong menyelesaikan semua.
Bapak dan Ibu Asnan yang sudah tinggal di Sukodono Sidoarjo, kebetulan saat itu ingin jalan-jalan ke Semolowaru Elok, ketika lewat di depan Balai RW 08 dilihat di belakang Balai RW 08 lagi ramai, beliau langsung mampir dan langsung terjun membantu ibu-ibu menanam bibit belimbing sayur dan bibit sirsak di pot-pot plastik. Memang saat mengetahui Bapak Asnan pindah ke Sidoarjo, saya sangat sedih dan terpukul sekali karena beliau adalah partner kerja saya di lapangan, saya merasa sendirian dan hampir menyerah saat membayangkan tugas dan cobaan yang akan saya hadapi.Tapi beliau selalu menguatkan saya dan yakin bahwa saya akan mampu melewati semua. Memang terbukti bila Kelompok Tani Elok Mekar Sari ada acara, mulai dari pertemuan rutin setiap bulan sampai saat mengikuti bazaar dimana-mana, beliau selalu hadir dan terus menyemangati kami. Dulu saat menghadapi berbagai macam lomba kebersihan, saya dan Bapak Asnan merupakan tipikal pekerja di lapangan, biasanya sampai tengah malam masih bertemu untuk persiapan penjurian esoknya, bahkan sampai tidak tidur. Semuanya tidak terasakan karena Bapak Asnan orangnya suka melucu dan selalu punya cerita-cerita yang bikin kita terpingkal-pingkal sampai kencing di celana. Untuk tugas woro-woro keliling kampung, beliau jagonya, sampai sekarang tak tergantikan. Bila ada penyemprotan nyamuk demam berdarah, yang saya ingat cuma beliau, bagaimana beliau keliling kampung dari gang ke gang berteriak-teriak pakai pengeras suara kadang naik sepeda onthel warna hijau yang ada keranjangnya, memberitahukan ke semua warga bahwa akan ada penyemprotan dan menghimbau agar makanan serta binatang harus ditutup, Semua disampaikan dalam bahasa yang kocak dan gaul sehingga begitu ditinggal Bapak Asnan pindah rumah ke Sidoarjo banyak warga yang merasa ada yang hilang terutama saat ada penyemprotan. Doa saya semoga Bapak Asnan bisa kembali lagi bersama kami, tinggal di perumahan Semolowaru Elok, amin.
Ibu-ibu langsung mengerti tugasnya masing-masing tanpa dikomando, ada yang membereskan karung berisi pupuk kandang dan media tanam, sedangkan bibit kacang panjang langsung kami tanam di tanah dan dibuatkan anjang-anjang dari bambu. Kalau tugas saya adalah menanam dan memindahkan bibit adenium ke pot-pot yang lebih besar, yang tidak kalah sibuknya adalah Bu Eddy yang harus mengurus pot-pot dan menanaminya dengan TOGA sambil momong cucunya Raka yang sangat aktif sekali dan tak mau diam, semua yang kami lakukan ditiru mulai menyapu, menanam tanaman, menyemprot tanaman dan yang lucu saat pot yang sudah ditanami juga akan diangkat walaupun akhirnya tidak bisa karena berat, baru menyuruh maminya ( panggilan untuk Bu Eddy ) sambil nangis. Disebelahnya Bu Harun dan Bu Imam sibuk menimbang pakan lele yang dimasukkan ke dalam kantong-kantong plastik ukuran setengah kiloan, untuk persediaan selama satu minggu. Menjelang sore hari, semua pekerjaan sudah usai termasuk tugas piket membasahi kumbung jamurpun sudah terselesaikan. Ternyata kami bisa tidak menunda-nunda pekerjaan, karena begitu bantuan Urban Farming datang, kami langsung mengerjakan dan menyelesaikannya tanpa menunggu besok dan besoknya lagi. Apapun bila dikerjakan bersama-sama akan terasa ringan dan cepat selesai.
Melihat bantuan yang begitu banyak dan menggunung, akhirnya saya meminta bantuan ibu-ibu untuk langsung mengerjakan bantuan tersebut karena kalau pengerjaannya ditunda, saya yakin pasti akan terbengkalai semua dan akan semakin malas menyentuhnya. Untuk itulah kami bergotong-royong menyelesaikan semua.
Bapak dan Ibu Asnan yang sudah tinggal di Sukodono Sidoarjo, kebetulan saat itu ingin jalan-jalan ke Semolowaru Elok, ketika lewat di depan Balai RW 08 dilihat di belakang Balai RW 08 lagi ramai, beliau langsung mampir dan langsung terjun membantu ibu-ibu menanam bibit belimbing sayur dan bibit sirsak di pot-pot plastik. Memang saat mengetahui Bapak Asnan pindah ke Sidoarjo, saya sangat sedih dan terpukul sekali karena beliau adalah partner kerja saya di lapangan, saya merasa sendirian dan hampir menyerah saat membayangkan tugas dan cobaan yang akan saya hadapi.Tapi beliau selalu menguatkan saya dan yakin bahwa saya akan mampu melewati semua. Memang terbukti bila Kelompok Tani Elok Mekar Sari ada acara, mulai dari pertemuan rutin setiap bulan sampai saat mengikuti bazaar dimana-mana, beliau selalu hadir dan terus menyemangati kami. Dulu saat menghadapi berbagai macam lomba kebersihan, saya dan Bapak Asnan merupakan tipikal pekerja di lapangan, biasanya sampai tengah malam masih bertemu untuk persiapan penjurian esoknya, bahkan sampai tidak tidur. Semuanya tidak terasakan karena Bapak Asnan orangnya suka melucu dan selalu punya cerita-cerita yang bikin kita terpingkal-pingkal sampai kencing di celana. Untuk tugas woro-woro keliling kampung, beliau jagonya, sampai sekarang tak tergantikan. Bila ada penyemprotan nyamuk demam berdarah, yang saya ingat cuma beliau, bagaimana beliau keliling kampung dari gang ke gang berteriak-teriak pakai pengeras suara kadang naik sepeda onthel warna hijau yang ada keranjangnya, memberitahukan ke semua warga bahwa akan ada penyemprotan dan menghimbau agar makanan serta binatang harus ditutup, Semua disampaikan dalam bahasa yang kocak dan gaul sehingga begitu ditinggal Bapak Asnan pindah rumah ke Sidoarjo banyak warga yang merasa ada yang hilang terutama saat ada penyemprotan. Doa saya semoga Bapak Asnan bisa kembali lagi bersama kami, tinggal di perumahan Semolowaru Elok, amin.
Ibu-ibu langsung mengerti tugasnya masing-masing tanpa dikomando, ada yang membereskan karung berisi pupuk kandang dan media tanam, sedangkan bibit kacang panjang langsung kami tanam di tanah dan dibuatkan anjang-anjang dari bambu. Kalau tugas saya adalah menanam dan memindahkan bibit adenium ke pot-pot yang lebih besar, yang tidak kalah sibuknya adalah Bu Eddy yang harus mengurus pot-pot dan menanaminya dengan TOGA sambil momong cucunya Raka yang sangat aktif sekali dan tak mau diam, semua yang kami lakukan ditiru mulai menyapu, menanam tanaman, menyemprot tanaman dan yang lucu saat pot yang sudah ditanami juga akan diangkat walaupun akhirnya tidak bisa karena berat, baru menyuruh maminya ( panggilan untuk Bu Eddy ) sambil nangis. Disebelahnya Bu Harun dan Bu Imam sibuk menimbang pakan lele yang dimasukkan ke dalam kantong-kantong plastik ukuran setengah kiloan, untuk persediaan selama satu minggu. Menjelang sore hari, semua pekerjaan sudah usai termasuk tugas piket membasahi kumbung jamurpun sudah terselesaikan. Ternyata kami bisa tidak menunda-nunda pekerjaan, karena begitu bantuan Urban Farming datang, kami langsung mengerjakan dan menyelesaikannya tanpa menunggu besok dan besoknya lagi. Apapun bila dikerjakan bersama-sama akan terasa ringan dan cepat selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar