laman

Jumat, 18 Oktober 2013

Asyiknya Berburu Segenggam Lumpur Sawah

     Hari Minggu pagi jam 06.00 WIB sesuai yang kami sepakati bersama yaitu antara saya dan Bu Rini Ariyanti kemarin, untuk mencari lumpur sawah guna melapisi bagian dalam kandang jangkrik agar jangkriknya nyaman didalamnya karena selain hawanya adem juga baunya seperti dipersawahan aslinya. Mengingat bantuan binatang ternak jangkrik akan datang hari selasa tanggal 17 Oktober 2013 maka persiapan sudah mulai dilakukan sejak beberapa hari yang lalu yaitu mulai pembangunan sosoran untuk tempat berteduhnya kandang - kandang jangkrik, yang nantinya jumlahnya ada 6 kotak besar juga pemasangan banner budidaya jangkrik oleh Kelompok Tani Elok Mekar Sari, semuanya sudah beres tinggal mencari lumpur sawah yang harus kami lakukan. Sebenarnya semua ibu - ibu ingin mencari beramai - ramai sambil berpetualang di alam bebas tetapi kebanyakan memilih untuk pulang kampung karena adanya libur Hari Raya Idul Adha maka mereka memilih merayakan di kampung halamannya. Akhirnya pilihan tinggal saya dan Bu Rini yang harus berangkat bertugas dan parahnya kami berdua tidak begitu tahu dimana lokasi persawahan itu berada. Dengan begitu percaya diri saya katakan bahwa saya sudah tahu lokasinya, karena pernah kesana untuk membeli bibit sawi.
      Perlengkapan perburuan lumpur sawah sudah siap di motor masing - masing, ada karung, cetok dan tas kresek yang semuanya sudah masuk dalam tas kami. Dengan gagah berani langsung saya arahkan petunjuk menuju tempat yang dulu pernah saya kunjungi yaitu di daerah Keputih. Setelah menitipkan motor pada penjual buah khas musim kemarau yaitu blewah, semangka dan melon, saya lalu mengomando untuk menyusuri jalan setapak didepan kami, walau perjalanan sampai lumayan jauh ternyata hanya terlihat pemandangan sawah dan tambak yang sudah mengering serta kondisi tanahnya yang merekah sungguh merupakan panorama alam yang sangat mengenaskan. Ketika di akhir tahun 2010 saya datang kesini, semua masih tampak indah dan hijau, ada sawah, ladang, kebun dan tambak yang terbentang luas, juga banyak aktifitas disitu, sekarang hanya sunyi sepi, rumputpun sudah mengering karena terbakar matahari serta kemana sekarang petani yang dulu banyak menanam sawi dan memberikan cuma - cuma kepada saya saat RW 08 Semolowaru Elok melakukan persiapan acara Roadshow Green and Clean Tahun 2010 ?
      Kami melanjutkan lagi perjalanan sampai di depan Balai Pelatihan Keputih, disitu terbentang bekas tambak yang luas, walapun mengering tapi masih ada sedikit airnya di permukaan sehingga tanahnya yang becek bisa kita ambil. Pikir saya tidak ada lumpur sawah, lumpur tambakpun jadilah karena warna dan baunya pasti mirip, padahal itu hanya alasan orang yang sudah putus asa dan menyerah kalah. Dengan bersusah payah menuruni dan menerobos semak belukar yang memenuhi sekeliling tambak, akhirnya kami sampai dibibir tambak. Saya hampir terperangkap tenggelam di dalam tambak karena saya mengira permukaan tambak sudah kering dan mengeras ternyata ketika saya menginjaknya, kaki saya langsung ambles, untunglah segera ditarik oleh Bu Rini. Aroma amis yang menyengat tak menyurutkan niat kami mengambil lumpur disini, justru kami begitu menikmati
pemandangan yang terhampar dihadapan kami, sebuah tambak yang luas dan besar, ada kemungkinan bekas tambak ikan bandeng karena kami menemukan bangkai ikan bandeng yang sudah mengering. Setelah dirasa cukup, kami naik kembali ke jalan raya dan berniat pulang karena kaki dan tangan saya sudah banyak tergores semak dan tumbuhan liar sehingga terasa gatal dan perih yang cukup mengganggu. Ditengah perjalanan pulang, Bu Rini tetap ingin menemukan sawah yang sebenarnya alasannya kalau tujuan awal sudah terlaksana akan merasa puas. Didorong rasa penasaran yang tinggi, kami terus berputar - putar di jalan yang sama, sampai tak sengaja kami melihat hamparan persawahan yang banyak ditanami padi di Semolowaru Bahari. Rasanya mak plong, senangnya tak terkira padahal dari tadi sudah kami lewati dan lebih dekat dari rumah, malah kami mencari tempat yang jauh dengan medan yang sulit pula. Ternyata warna dan bau antara lumpur sawah dan lumpur tambak sangat berbeda yaitu lumpur sawah berwarna abu - abu cerah serta berbau segar khas tanah sedangkan warna lumpur tambak hitam pekat dan baunya amis. Setelah mengambil secukupnya kamipun pulang dengan langkah kemenangan.
       Banyak ilmu dan pelajaran hidup yang dapat kami ambil dalam perjalanan pagi ini, sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

 Saya yang nyaris tenggelam dalam lautan lumpur tambak Keputih

Hasil lumpur tambak

Akhirnya kami temukan persawahan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar