Imbas pemberitaan yang gencar tentang olahan jangkrik yaitu peyek jangkrik, serundeng jangkrik, botok jangkrik dan jangkrik crispy yang dimuat dimedia cetak, seperti Radar Surabaya, Surya, Majalah Tempo dan Jawa Pos juga penayangan beberapa stasiun televisi, yaitu Trans 7, Trans TV, RCTI, SCTV, Net TV dan TVRI serta pemberitaan lewat radio, begitu dirasakan juga ditanah kelahiran saya dikota yang terkenal dengan hembusan anginnya yaitu Nganjuk. Di kota yang biasa disebut Kota Bayu ini, makan olahan jangkrik bukan sesuatu yang baru karena beberapa orang biasa menjadikan jangkrik goreng sebagai lauk yang gurih dan lezat apalagi dimakan bersama nasi putih hangat dan sambel korek yang pedas. Tapi mereka sangat kagum dan bangga dengan beragamnya olahan dari jangkrik apalagi sudah bisa diterima dan digemari semua kalangan dari masyarakat umum hingga pejabat pemerintahan.
Kepergian kami ke Kota Bayu ini, selain ingin melepas penat setelah sekian waktu bergulat dengan rutinitas dirumah juga di Kelompok Tani Elok Mekar Sari dan kebetulan ada saudara dari Jakarta yang ingin tahu sekaligus mencicipi olahan jangkrik juga para tetangga yang penasaran dengan peyek jangkrik. Kebetulan yang berangkat ke Nganjuk adalah pembuat olahan jangkrik yaitu Bapak dan Ibu Asnan, Bu Sugiarto, Bu Koko dan saya. Setelah menempuh perjalanan hampir 3 jam maka sampailah ke kota yang terkenal dengan keindahan air terjun sedudonya yang romantis dan eksotis namun sayang karena musim hujan kami tidak kesana karena takut bahaya tanah longsor, kami langsung menuju warung pecel bledhek khas Nganjuk yang letaknya disebelah Gedung Juang '45, bumbu pecelnya terkenal super duper pedasnya dan tiada bandingannya dimanapun, sungguh sangat memanjakan bagi pecinta kuliner ekstrem. Sepincuk nasi pecel lengkap dengan sayurannya, ada rebung, bunga pisang yang direbus, daun singkong, kecambah pendek dan kemangi disiram dengan sambel kacang yang rasa pedasnya nagih hingga kamipun makannya nambah lagi dan lagi hingga tak peduli walaupun wajah sudah memerah dan tubuh bermandikan keringat.
Kami melanjutkan perjalanan ke rumah saya, tiba disana semua langsung menuju ke kebun belakang untuk memetik jeruk nipis yang lagi musim berbuah hingga buahnya menjuntai sampai tanah, jeruk limau atau jeruk sambel yang buahnya tak kalah lebatnya, daun jeruk purut yang lebar dan tebal sangat dibutuhkan untuk membuat peyek jangkrik dan serundeng jangkrik, buah rambutan dan kelengkeng yang pohonnya pendek tapi sudah berbuah. Bagi kami yang tinggal di perkotaan, begitu senang dan takjub melihat tanaman yang buahnya begitu banyak dan ada yang masak dipohon hingga kami bisa langsung memetik dan memakannya. Sedangkan saudara dari Jakarta dan tetangga langsung menikmati olahan jangkrik dari kami, terutama jangkrik crispynya, langsung ludes duluan karena rasanya yang gurih dan renyah juga bentuknya yang lucu. Bahkan sebagian olahan jangkrik disisihkan untuk dibawa ke Jakarta karena ada beberapa teman saudara saya yang penasaran dengan camilan dari jangkrik ini.
Ketika hari beranjak siang, kami segera melanjutkan perjalanan ke Kota Ngadiluwih untuk menengok anggota Kelompok Tani Elok Mekar Sari yang terkenal produktif membuat inovasi olahan yang sekarang sudah pindah ke Kota Ngadiluwih untuk mengikuti suami. Kami begitu kehilangan dengan kepindahan Bu Eko Supra karena sumbang sihnya yang begitu besar untuk kelompok hingga kelompok bisa seperti sekarang ini. Pembawaannya yang kalem, lucu serta gampang kalau dimintai tolong apalagi kalau esoknya ada bazar, bisa semalaman beliau tidak tidur karena sibuk membuat olahan. Juga saat ada tugas mendadak dari Kelompok Tani Elok Mekar Sari untuk mengikuti pelatihan dimanapun, beliau selalu siap berangkat walaupun harus menutup tokonya. Bu Eko Supra menyambut hangat kedatangan kami dirumahnya dan menawarkan buah rambutan yang bergerombol merah diatas pohon , sungguh sangat menggoda untuk segera memetiknya. Ketika kami masih berada di Surabaya, kami berpesan ke Bu Eko Supra bahwa kami ingin menikmati buah rambutan yang langsung dipetik dari pohon jadi jangan disiapkan dulu karena bayangan kami, pohon rambutannya pendek dan buahnya tinggal dipetik ternyata pohonnya sudah tua dan tinggi menjulang. Kami yakin dengan perjuangan total saat mengambilnya pasti rasa dan sensasinya berbeda daripada hanya menikmati yang sudah disajikan diatas meja. Mengingat di Kelompok Tani Elok Mekar Sari banyak yang jago memanjat pohon maka tidak ada masalah kalau kami harus memetik buah rambutannya walau diujung dahan sekalipun, tanpa dikomando Bu Koko dan Bu Eko Supra dengan cekatan langsung memanjat pohon dan mendapatkan banyak buah rambutan binjai yang bila dimakan bijinya gampang terlepas dari daging buahnya, sampai akhirnya 5 kantong plastik besar sudah penuh terisi rambutan yang ranum serta berwarna merah segar merona dan siap dibawa pulang ke Surabaya. Sambil beristirahat santai dan menikmati hidangan makan siang yaitu nasi urap lengkap dengan ayam bakarnya, kami cerita tentang perkembangan kelompok dan kabar teman - teman di Surabaya. Menjelang petang kamipun berpamitan untuk kembali ke Surabaya dan siap bekerja juga berkarya kembali.
Sarapan Nasi Pecel Bledhek Khas Nganjuk
Puedasnya Nagih Bikin Ketagihan
Langsung Bermandikan Keringat
Buah Jeruk Nipis yang Menjuntai Sampai Tanah
Ketika Sampai Dirumah Bu Eko Supra, Kota Ngadiluwih
Tarzan pun Bisa Takut dengan Kelompok Tani Elok Mekar Sari
Sarapan Nasi Pecel Bledhek Khas Nganjuk
Puedasnya Nagih Bikin Ketagihan
Langsung Bermandikan Keringat
Pembeli Terakhir Hingga Tak Bersisa
Ketika Dirumah Saya, Jl. Diponegoro
Jeruk Limau alias Jeruk Sambel yang Menggoda
Daun Jeruk Purut yang Lebar, Tebal dan Harum, Siap Diolah
Buah Kelengkeng yang Tinggal Petik dan Makan
Menikmati Durian, Saat Menuju Ke Kota Ngadiluwih
Tarzan pun Bisa Takut dengan Kelompok Tani Elok Mekar Sari
Ayooo Mengumpulkan Buah Rambutan yang Jatuh
Aku Adalah Lelaki yang Paling Beruntung
Belanja Di Kota Tahu, Kediri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar