laman

Sabtu, 18 Mei 2013

Kerja, Kerja, Kerja !!!

   Ibu-ibu anggota kelompok tani elok mekar sari terkenal sangat unggul di lapangan, apalagi kebanyakan kami berasal dari desa, jadi bekerja keras dan mengolah tanah bukan hal yang baru. Ide dan rencana-rencana terus mengalir tinggal mewujudkannya yang masih perlu waktu dan biaya. Kami tidak bisa melihat barang berserakan tidak terurus, apalagi bila ada bibit tanaman yang dibiarkan mati kekeringan. Saya akan segera mencari jalan keluar agar anggota poktan bersemangat tinggi lagi, untuk peduli dan membenahi lingkungan lagi. Seperti sebelumnya, saya mengundang mahasiswa universitas airlangga ketika ada program kkn di kelurahan semolowaru untuk ikut membantu bekerja di lahan kelompok tani elok mekar sari. Dengan kedatangan mahasiswa kkn unair, sanggup menyegarkan suasana kerja di kelompok tani, kami menyadari kadang-kadang rutinitas di lapangan memang terasa menjemukan dan membosankan. untuk itulah saya mengajak mahasiswa kkn unair untuk membantu atau lebih tepatnya menyemangati kami yang lagi jenuh atau malasnya mulai muncul. Sebelum malasnya berlarut-larut, harus segera di bangunkan kembali sehingga ritme kerja di poktan tidak kacau lagi atau sak karepe dewe, semua dikerjakan serba asal-asalan saja tentu saja hasil yang  diperoleh tidak maksimal dan jauh dari harapan.
   Saya sendiri sebagai ketua poktan elok mekar sari, kadang-kadang merasa jenuh, bosan, dan malas untuk bekerja di kelompok tani, tapi saya berusaha untuk menyemangati diri saya sendiri dan anggota bahwa kita harus terus maju, sesuai motto kelompok tani kami yaitu maju bersama poktan elok mekar sari.Dengan bergabungnya kkn dari universitas airlangga di poktan kami, semua menjadi giat kembali, mulai mengolah tanah dan pemupukan, bertanam sawi, membuat saluran air di sekitar bedengan, memindahkan tanah pupuk dalam karung plastik dan bibit tanaman hias yang masih di polibag, rame-rame ditanam kami tanam di pot-pot. Seharian kami melakukan pekerjaan tersebut, keringat, kaki dan tangan yang tergores ranting serta serpihan kaca hampir tiada terasa, semua terkalahkan oleh semangat yang membara di dada. Saya melihat sendiri bagaimana ibu-ibu anggota poktan begitu gagah perkasa mengangkat karung-karung pupuk dan tanah yang bungkusnya sudah robek dan hancur kemudian tanahnya dimasukkan ke karung plastik dulu, baru diangkut ke belakang Balai RW 08 Kelurahan Semolowaru sedangkan bibit tanaman yang menumpuk tak teruruspun diangkut untuk ditanam di pot-pot. Kami bahu-membahu bekerja sama antara ibu-ibu anggota poktan dengan mahasiswa kkn unair, sampai semua pot sudah ditanami semua. Ada sekitar 50 pot yang berhasil kami tanami dengan sisa-sisa tenaga yang tersimpan. Banyak pengorbanan yang telah kami lakukan, bagi ibu-ibu, jelas waktunya tersita seharian, kulit legam tersengat matahari yang terik, tenaga sangat terkuras apalagi banyak anggota poktan yang sudah berumur diatas 50 tahun jelas sangat kelelahan, kuku-kuku yang biasa terawat banyak yang patah dan hitam-hitam, muka warnanya merah seperti udang rebus, rambut baunya sangit kena terik mentari, malamnya banyak yang tidak bisa tidur nyenyak karena badan pegal-pegal semua dan bu retno sampai harus ke dokter karena nyeri hebat di pergelangan tangannya. Yang dialami para mahasiswa lebih parah lagi, telapak tangannya banyak yang melepuh, badan pegal-pegal bahkan ada yang langsung pulang kampung untuk pijat, para mahasiswi kulitnya sampai hitam kemerah-merahan, semua sebetulnya sudah tidak kuat tapi sungkan melihat ibuk-ibuknya masih bekerja, padahal kitapun akan istirahat juga tidak enak, melihat mereka masih bersemangat. Akhirnya dengan susah payah, pekerjaan pun terselesaikan. Pot-pot sudah tertata rapi dan tumbuh dengan suburnya, karena kami juga rajin merawatnya setiap hari dengan tanaman kesayangan masing-masing misal, kesayangan saya, saya taruh berjajar di bawah pohon asam. Walaupun banyak yang bilang tanaman pucuk merah kesayangan saya, jelek tetapi saya tidak peduli, malah sebaliknya saya tertantang untuk lebih merawatnya dan memperhatikannya. Jadi begitu tau dan melihat tanaman tersebut tidak ada ditempatnya alias hilang, saya mencarinya kesana-kesini sambil ngomel-ngomel tak ketinggalan menyumpahi orang yang berani mengambil tanpa sepengetahuan saya. Betapa teganya orang tersebut seperti tidak mempunyai hati dan jelas tidak merasakan pengorbanan yang telah kami lakukan, apalagi melihat kondisi para mahasiswa kkn unair saat itu. Sangat tidak berperasaan dan melukai hati kami yang telah bekerja keras untuk memperbaiki  dan membenahi lingkungan. Setelah peristiwa tersebut, saya merasa semangat saya untuk mengurus tanaman-tanaman di lahan kelompok tani sudah mulai terjun bebas alias ngedrop habis. Rasa kecewa, putus asa, menyesal karena tidak bisa menjaga tanaman milik poktan dengan baik selalu mengganggu pikiran saya setiap hari, bila dibiarkan, lama kelamaan bisa merusak dan mengacaukan kinerja Poktan Elok Mekar Sari, soalnya penggerak di poktan ada di saya selaku ketua. Kalau saya sudah tidak bersemangat bagaiman dengan anggota poktan yang lain ?  Tetapi bagaimanapun cobaannya, saya berusaha bangkit dan terus menyemangati diri sendiri, serta percaya bahwa Allah Maha Segalanya. Bagi yang berpendapat bahwa masalah kehilangan pot-pot itu, dianggap masalah kecil dan tidak perlu dipermasalahkan, saya merasa kalau orang yang berpendapat tersebut ikut merasakan beratnya bekerja bakti di Kelompok Tani Elok Mekar Sari saat itu, pasti orang tersebut tidak akan melontarkan pendapat seperti itu. Untuk itulah mari kita selalu rajin mengikuti kerja bakti di Poktan Elok Mekar Sari, biar kita bisa merasakan dan belajar menghargai jerih payah orang lain !!!!!  
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar